MAKALAH
BIMBINGAN DAN
KONSELING DI PAUD
TAHUN
PEMBELAJARAN 2013
Di susun oleh
Auliani Istiqamah
NIM : 1205125076
Dosen Pembimbing
Rahman,
S.Pd.,M.Pd
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MULAWARMAN
SAMARINDA
2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur alhamdulilah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmt serta hidayah-Nya , karena atas izin-Nyalah kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Dengan di buatnya makalah ini saya berharap setiap pembaca dapat
mengambil ilmu tambahan dari yang saya peroleh pula.
Meskipun
demikian kami sebagai penyususun pun juga menyadari bahwa banyak terdapat
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu saya selaku penyusun mengharapkan
saran-saran dari setiap pembaca agar saya dapat membuat makalah yang lebih
baik.
Samarinda,
11 Desember 2013
Penyusun
|
BAB
I
A.
LATAR BELAKANG
Perilaku siswa-siswi usia sekolah saat ini beragam, salah
satu perilakunya adalah anak-anak yang sangat sulit di atur, tidak bisa diam
dan seolah-olah tidak memperhatikan pelajaran di kelas. Anak-anak tersebut
biasanya mengalami gangguan dalam perkembangannya yaitu gangguan hiperkinetik
yang secara luas di masyarakat disebut sebagai anak hiperaktif.
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan
pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and
hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan
hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction
syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru sangat susah
mengatur dan mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya yang sangat sulit
untuk tenang, juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka
memotong pembicaraan guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami
sesuatu yang diajarkan guru kepadanya. Selain itu juga, prestasi belajar anak
hiperaktif juga tidak bisa maksimal. Untuk itulah dibutuhkan suatu pendekatan
untuk membantu anak-anak yang hiperaktif tersebut supaya mereka dapat
memaksimalkan potnsi diri dan meningkatkan prestasinya.
Ditinjau secara psikologis, hiperaktif adalah gangguan
tingkah laku yang tidak normal yang disebabkan disfungsi neurologia dengan
gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian. Begitu pula anak hiperaktif
adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian.
Gangguan ini disebabkan kerusakan kecil pada system saraf
pusat dan otak sehingga rentang konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan
sulit dikendalikan. Penyebab lainnya dikarenakan temperamen bawaan, pengaruh
lingkungan, malfungsi otak, serta epilepsi. Atau bisa juga karena gangguan di
kepala seperti geger otak, trauma kepala karena persalinan sulit atau pernah
terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan.
Pendekatan ini yaitu dengan adanya bimbingan konseling
berupa layanan / treatment yang sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga dengan
demikian, diharapkan setiap anak akan memperoleh haknya untuk mendapatkan
pendidikan yang terbaik tanpa terkecuali, karena pengajaran yang diberikan
telah disesuaikan dengan kemampuan dan kesulitan yang dimilikinya.
B.
RUMUSAN MASALAH
- Apa pengertian Anak
Hiperaktif ?
- Apa
saja ciri-ciri Anak Hiperaktif ?
- Apa faktor-faktor
penyebab hiperaktif pada anak ?
- Apa saja problem-problem yang biasa dialami oleh
anak hiperaktif ?
- Bagaimana penanganan untuk Anak Hiperaktif ?
BAB
II
A.
DASAR TEORI
a. Pengertian Anak Hiperaktif
Anak
hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD).
Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini
sering disebut minimal brain dysfunction syndrome.
Gangguan
hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini
(sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian,
hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat
berlanjut hingga dewasa.
Dr.
Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan
pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu
pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan
sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak
hatinya atau impulsif.
Sani Budiantini
Hermawan, Psi., “Ditinjau secara psikologis hiperaktif adalah gangguan tingkah
laku yang tidak normal, disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama
tidak mampu memusatkan perhatian.
Para
ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi
ADHD ke dalam 3 jenis berikut ini:
1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan
perhatian
Mereka
sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif.
Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak
perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang
berada “di awang-awang”.
2. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive
Mereka
menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan
perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.
3. Tipe gabungan
Mereka
sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak
anak termasuk tipe seperti ini. Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah
suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak
terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak
hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya
permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka,
dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain.
Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan
namun tidak kunjung datang.
B.
Ciri-Ciri Anak Hiperaktif
Ciri utama anak yang
menderita ADHD, yaitu:
1. Tidak ada perhatian
Ketidakmampuan memusatkan
perhatian atau ketidak mampuan untuk berkonsentrasi pada beberapa hal seperti
membaca, menyimak pelajaran. Dan sering tidak mendengarkan perkataan orang
lain.
2. Hiperaktif
Mempunyai terlalu banyak energi.
Misalnya berbicara terus menerus, tidak mampu duduk diam, selalu bergerak, dan
sulit tidur.
3. Impulsif
Sulit untuk menunggu giliran dalam
permainan, sulit mengatur pekerjaannya, bertindak tanpa dipikir, misalnya
mengejar bola yang lari ke jalan raya, menabrak pot bunga pada waktu berlari di
ruangan, atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu akibatnya.
4. Menentang
Anak
dengan gangguan hiperaktivitas umumnya memiliki sikap penentang/pembangkang
atau tidak mau dinasehati. Misalnya, penderita akan marah jika dilarang berlari
ke sana kemari, coret-coret atau naik-turun tak berhenti. Penolakannya juga
bisa ditunjukkan dengan sikap cuek.
5. Destruktif
Perilakunya
bersifat destruktif atau merusak. Ketika menyusun lego misalnya, anak aktif
akan menyelesaikannya dengan baik sampai lego tersusun rapi. Sebaliknya anak
hiperaktif bukan menyelesaikannya malah menghancurkan mainan lego yang sudah
tersusun rapi. Terhadap barang-barang yang ada di rumah, seperti vas atau
pajangan lain, kecenderungan anak untuk menghancurkannya juga sangat besar.
Oleh karena itu, anak hiperaktif sebaiknya dijauhkan dari barang-barang yang
mudah dipegang dan mudah rusak.
6. Tanpa tujuan
Semua
aktivitas dilakukan tanpa tujuan jelas. Kalau anak aktif, ketika naik ke atas
kursi punya tujuan, misalnya ingin mengambil mainan atau bermain peran sebagai
Superman. Anak hiperaktif melakukannya tanpa tujuan. Dia hanya naik dan turun
kursi saja.
7. Tidak sabar dan usil
Yang
bersangkutan juga tidak memiliki sifat sabar. Ketika bermain dia tidak mau
menunggu giliran. “Ketika dia ingin memainkan mobil-mobilan yang sedang
dimainkan oleh temannya, dia langsung merebut tanpa ba-bi-bu,” komentar Sani.
Tak hanya itu, anak hiperaktif pun
seringkali mengusili temannya tanpa alasan yang jelas. Misalnya,
tiba-tiba memukul, mendorong, menimpuk, dan sebagainya meskipun tidak ada
pemicu yang harus membuat anak melakukan hal seperti itu.
8. Intelektualitas rendah
Seringkali
intelektualitas anak dengan gangguan hiperaktivitas berada di bawah rata-rata
anak normal. Mungkin karena secara psikologis mentalnya sudah terganggu
sehingga ia tidak bisa menunjukkan kemampuan kreatifnya.
Ciri-ciri khusus anak
yang hiperaktif diantaranya ialah sebagai berikut :
·
Sering menggerak-gerakkan tangan atau
kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
·
Sering meninggalkan tempat duduknya,
padahal seharusnya ia duduk manis.
·
Sering berlari-lari atau memanjat secara
berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya.
·
Sering tidak mampu melakukan atau
mengikuti kegiatan dengan tenang.
·
Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya
didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis.
·
Sering terlalu banyak bicara.
·
Sering sulit menunggu giliran.
·
Sering memotong atau menyela
pembicaraan.
·
Jika diajak bicara tidak dapat
memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan bicaranya).
Faktor-Faktor Penyebab
Hiperaktif pada Anak
Beberapa hal yang dapat
menyebabkan perilaku hiperaktif ialah :
Kondisi saat hamil & persalinan.
Misalnya keracunan pada akhir kehamilan (ditandai dengan tingginya tekanan
darah, pembengkakan kaki & ekskresi protein melalui urin), cedera pada otak
akibat komplikasi persalinan.
Cedera otak sesudah lahir,yang
disebabkan oleh benturan kuat pada kepala anak.
Tingkat keracunan timbal yang parah
dapat mengakibatkan kerusakan otak. Hal ini ditandai dengan kesulitan
konsentrasi, belajar dan perilaku hiperaktif. Polusi timbal berasal dari
industri peleburan baterai, mobil bekas, asap kendaraan atau cat rumah yang
tua. Obat untuk mengeluarkan timbal dari dalam tubuh hanya diberikan dibawah
pengawasan dokter bagi anak kadar timbalnya sudah sangat tinggi, karena obat
tersebut mempunyai efek samping.
Lemah pendengaran, yang disebabkan
infeksi telinga sehingga anak tidak dapat mereproduksi bunyi yang didengarnya.
Akibatnya, tingkah laku menjadi tidak terkendali & perkembangan bahasanya
yang lamban. Segeralah hubungi dokter THT jika anak menunjukkan ciri berikut :
perkembangan bahasa yang lambat, lebih banyak memperhatikan mimik lawan bicara
& lebih banyak berreaksi terhadap perubahan mimik & isyarat.
Faktor psikis, yang lebih banyak
dipengaruhi oleh hubungan anak dengan dunia luar. Meskipun jarang, hubungan
dengan anggota keluarga dapat pula menjadi penyebab hiperaktivitas. Contoh
kasus, orang tua yang bersikap sangat tegas menyuruh anak berdiri 15 menit di
pojok ruangan untuk mengatasi ketidakdisiplinannya. Tapi setelah 15 menit
berlalu, maka anak malah mempunyai energi berlebih yang siap meledak dengan
akibat lebih negatif dibanding kesalahan sebelumnya.
C.
Problem-Problem yang biasa dialami
oleh Anak Hiperaktif
1.
di sekolah
Anak
tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik.
Konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak dapat menyerap materi
pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek membuat anak ingin
cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kecenderungan berbicara
yang tinggi akan mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru
akan menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran. Banyak dijumpai bahwa
anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan
matematika. Khusus untuk menulis, anak hiperaktif memiliki ketrampilan motorik
halus yang secara umum tidak sebaik anak biasa
2.
Problem di rumah
Dibandingkan
dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah cemas dan kecil
hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan
yang disebabkan faktor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal
ini berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila
mengalami kekecewaan, ia gampang emosional. Selain itu anak hiperaktif
cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi.
Hambatan-hambatan tersbut membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Anak
dipandang nakal dan tidak jarang mengalami penolakan baik dari keluarga maupun
teman-temannya. Karena sering dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan
anak secara kurang hangat. Orang tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh
pengawasan, banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman. Reaksi anakpun menolak
dan berontak. Akibatnya terjadi ketegangan antara orang tua dengan anak. Baik
anak maupun orang tua menjadi stress, dan situasi rumahpun menjadi kurang
nyaman. Akibatnya anak menjadi lebih mudah frustrasi. Kegagalan bersosialisasi
di mana-mana menumbuhkan konsep diri yang negatif. Anak akan merasa bahwa
dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak.
3. Problem
berbicara
Anak
hiperaktif biasanya suka berbicara. Dia banyak berbicara, namun sesungguhnya
kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan pemusatan perhatian membuat dia
sulit melakukan komunikasi yang timbal balik. Anak hiperaktif cenderung sibuk
dengan diri sendiri dan kurang mampu merespon lawan bicara secara tepat.
4.
Problem fisik
Secara
umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak
lain. Beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi tenggorokan sering
dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang anak-anak lain. Banyak anak
hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun pada malam hari. Selain itu,
tingginya tingkat aktivitas fisik anak juga beresiko tinggi untuk mengalami
kecelakaan seperti terjatuh, terkilir, dan sebagainya.
D.
Penanganan untuk Anak Hiperaktif
Melihat
penyebab hiperaktif yang belum pasti terungkap dan adanya beberapa teori
penyebabnya, maka tentunya terdapat banyak terapi atau cara dalam penanganannya
sesuai dengan landasan teori penyebabnya.
Beberapa terapi untuk
anak hiperaktif :
1) Applied Behavioral
Analysis (ABA)
ABA
adalah jenis terapi yang telah lama dipakai, telah dilakukan penelitian dan
didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi
pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian).
Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling
banyak dipakai di Indonesia.
2) Terapi Wicara
Hampir
semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa.
Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang
non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang.
Kadang-kadang
bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya
untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini terapi wicara
dan berbahasa akan sangat menolong.
3) Terapi Okupasi
Hampir
semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus.
Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan
cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan
kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting
untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.
4) Terapi Fisik
Autisme
adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik
mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadang-kadang tonus
ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang
bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong
untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
5) Terapi Sosial
Kekurangan
yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan
interaksi. Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan
berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang
terapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul
dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara-caranya.
6) Terapi Bermain
Terapi
bermain sangat penting untuk mengembangkan ketrampilan, kemampuan gerak, minat
dan terbiasa dalam suasana kompetitif dan kooperatif dalam melakukan kegiatan
kelompok. Bermain juga dapat dipakai untuk sarana persiapan untuk beraktifitas
dan bekerja saat usia dewasa. Terapi bermain digunakan sebagai sarana
pengobatan atau terapitik dimana sarana tersebut dipakai untuk mencapai
aktifitas baru dan ketrampilan sesuai dengan kebutuhan terapi.
7) Terapi Perilaku
Anak
autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami
mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang
hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering
mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari
perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan
perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya,
8) Terapi Perkembangan
Floortime,
Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai
terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat
perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan
Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA
yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.
9) Terapi Visual
Individu
autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers).
Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi
melalui gambar-gambar, misalnya dengan PECS (Picture Exchange Communication
System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan
komunikasi.
10) Terapi Biomedik
Terapi
biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN (Defeat
Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik.
Mereka
sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini
diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan
fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif,
pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan
dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak
anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi
dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).
Selain itu beberapa
cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan membimbing anak-anak
mereka yang tergolong hiperaktif :
·
Orang tua perlu menambah pengetahuan
tentang gangguan hiperaktifitas
·
Kenali kelebihan dan bakat anak
·
Membantu anak dalam bersosialisasi
·
Menggunakan teknik-teknik pengelolaan
perilaku, seperti menggunakan penguat positif (misalnya memberikan pujian bila
anak makan dengan tertib), memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu
memonitor perilaku anak
·
Memberikan ruang gerak yang cukup bagi
aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya
·
Menerima keterbatasan anak
·
Membangkitkan rasa percaya diri anak
·
Dan bekerja sama dengan guru di sekolah
agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya
·
Disamping itu anak bisa juga melakukan
pengelolaan perilakunya sendiri dengan bimbingan orang tua.
Contohnya dengan memberikan contoh yang baik
kepada anak, dan bila suatu saat anak melanggarnya, orang tua mengingatkan anak
tentang contoh yang pernah diberikan orang tua sebelumnya.
BAB
III
PEMBAHASAN
a.
Analisis
Yang
saya amati adalah si kecil Muhammad Maulana Arsyad kelas B2 yang sudah berumur
5 tahuan lebih, anak ini termasuk anak yang banyak bergerak, tak bisa diam dari
sikapnya maupun suaranya. Anak ini cenderung melakukan kegiatan yang lebih dari
teman-temannya dan bahkan dalam kegaiatan apapun selalu memainkan tangannya
dengan menggerak-gerakkan jari menyentuh temannya dan mulai mengganggu temannya
yang lain.
b. Sintesis
Kesimpulan
sementara anak ini termasuk anak yang hiperaktif karena dalam setiap kegiatan
yang dilakukan selalu disertai dengan sikap yang lebih dari temannya yang lain
mulai dari menggerakkan kaki, tangan, badan, kepala dan mulutnya.
c.
Diagnosis
Dari
yang saya amati, anak tersebut kurang perhatian dari orang tuanya yang sibuk
dengan pekerjaannya, karena setiap diperhatikan kegiatan dalam kelas ternyata
anak tersebut dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, dan penyebabnya adalah
karena kurangnya perhatian dari orang tua dengan kegaitan anak.
d. Proknosis
Langkah
awalnya dengan cara memberikan perhatian lebih terhadap anak tersebut didalam
kelas dalam proses belajar dan dalam kegiatan diluar kelas
e.
Tritmen
Berikut
ini adalah beberapa tips yang perlu diketahui bagi semua orang tua atau guru
dalam menangani anak hiperaktif:
1.
Ajarkan disiplin pada anak hiperaktif
Disiplin
akan membuat anak bisa mengatur dirinya dengan baik. Melatih anak untuk
disiplin bukanlah disiplin yang terlalu keras dan terlalu mengatur tapi di sini
anak dilatih untuk mengatur dan membentuk lingkungan anak, yaitu dengan
memberikan kebiasaan-kebiasaan rutin melalui latihan yang ditanamkan orang tua
secara tekun di rumah. Sebagai contoh, mengatur waktu untuk bangun tidur, saat
makan, saat membuat PR, menonton televisi, dan sebagainya. Disiplin digunakan
kepada anak guna membangun kebiasaan hidup yang lebih tertib dan teratur.
2.
Jangan menghukum anak hiperaktif
berlebihan
Perilaku
menghukum anak bukanlah kebiasaan baik untuk orang tua dalam mendidik anak,
karena dengan sikap yang cenderung untuk menghukum anak secara berlebihan, baik
itu secara verbal maupun non-verbal akan mempengaruhi faktor psikologi anak.
Contohnya, apabila anak mengotori kamarnya maka hukumlah dia dengan disuruh
untuk menghapalkan sebuah cerita, yang jika anak tidak mau atau tidak bisa dia
tidak boleh menonton acara kesayangannya selama seminggu.
3.
Jangan menganggap anak hiperaktif
sebagai anak nakal, malas, atau bodoh
Pemberian
label kepada anak sebagai anak nakal, malas atau bodoh juga bukanlah sikap yang
baik dalam mendidik anak. Bila hal tersebut berlarut-larut dilakukan maka
permasalahan yang dihadapi oleh anak akan sangat kompleks. Karena akhirnya anak
akan bersikap seperti yang dilabelkan kepadanya.
4.
Memberi kasih sayang yang cukup.
Hal
yang paling penting diperhatikan oleh orang tua yang mengalami permasalahan
anak hiperaktif yaitu orang tua harus lebih memperhatikan dan memberikan kasih
sayang tapi bukan berarti memanjakannya, orang tua harus memahami dan
mengetahui semua kebutuhan anak.
BAB
IV
A.
KESIMPULAN
1. Anak hiperaktif
adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas
(GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD).
2. Para ahli
mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi ADHD
ke dalam 3 jenis berikut ini:
a. Tipe anak yang
tidak bisa memusatkan perhatian
b. Tipe anak yang
hiperaktif dan impulsive
c. Tipe gabungan
3. Ciri-Ciri Anak Hiperaktif
Ciri utama anak yang menderita ADHD,
yaitu:
o
Tidak ada perhatian
o
Hiperaktif
o
Impulsif
o
Menentang
o
Destruktif
o
Tanpa tujuan
o
Tidak sabar dan usil
o
Intelektualitas rendah
4. Faktor-Faktor
Penyebab Hiperaktif pada Anak
o
Kondisi saat hamil & persalinan
o
Cedera otak sesudah lahir
o
Keracunan timbal yang parah
o
Lemah pendengaran
o
Faktor psikis
5.
Problem-Problem yang biasa dialami oleh Anak Hiperaktif
o
Problem di sekolah
o
Problem di rumah
o
Problem berbicara
o
Problem fisik
6. Penanganan
untuk Anak Hiperaktif
o
Applied Behavioral Analysis (ABA)
o
Terapi Wicara
o
Terapi okupasi
o
Terapi Fisik
o
Terapi Sosial
o
Terapi Bermain
o
Terapi
Perilaku
o
Terapi
Perkembangan
o
Terapi Visual
o
Terapi Biomedik
B.
SARAN
Saran untuk guru agar
lebih bisa memahami karakter anak.