Minggu, 15 Desember 2013

Makalah Anak Pemarah dan Cengeng




LAPORAN HASIL OBSERVASI
BIMBINGAN KONSELING
TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014







DI SUSUN OLEH
NAMA : ISTIQOMAH
NIM   : 1205125111
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013















BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
   Karakteristik perkembangan emosi pada masa awal anak adalah fase dimana saat ketidakseimbangan dimana anak mudah terbawa ledakan-ledakan emosional sehingga sulit untuk diarahkan. Menurut Hurlock perkembangan emosi ini mencolok pada anak usia 2,5 th – 3,5 thn dan 5,5 thn – 6,5 thn.
Ciri utama reaksi emosi pada anak  :
1.       Reaksi emosi anak sangat kuat. Dalam hal kekuatan, makin bertambahnya usia       anak, dan semakin bertambahnya matangnya emosi anak maka anak akan semakin terampil dalam memilih kadar keterlibatan emosionalnya.
2.       Reaksi emosi anak mudah berubah dari satu kondisi ke kondisi lain. Emosi bersifat sementara,Peralihan yang cepat pada anak-anak kecil dari tertawa kemudian menangis, atau dari marah ke tersenyum, atau dari cemburu ke rasa saying
3.      Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku
Anak-anak mungkin tidak memperlihatkan reaksi emosional mereka secara langsung, tetapi mereka memperlihatkannya secara tidak langsung melalui kegelisahan, melamun, menangis, kesukaran berbicara, dan tingkah yang gugup, seperti menggigit kuku dan mengisap jempol.
4.      Emosi seringkali tampak
Anak-anak seringkali memperlihatkan emosi yang meningkat dan mereka menjumpai bahwa ledakan emosional seringkali mengakibatkan hukman, sehingga mereka belajar untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang membangkitkan emosi. Kemudian mereka akan berusaha mengekang ledakan emosi mereka atau bereaksi dengan cara yang lebih dapat diterima.
Anak mengkomunikasikan emosi melalui verbal, gerakan dan bahasa tubuh. Bahasa tubuh ini perlu kita cermati karena bersifat spontan dan seringkali dilakukan tanpa sadar. Dengan memahami bahasa tubuh inilah kita dapat memahami pikiran, ide, tingkah laku serta perasaan anak.
Bahasa tubuh yang dapat diamati antara lain :
·         Ekspresi wajah
·          Napas
·         Ruang gerak,
·         gerakan tangan dan lengan







·         Keadaan anak dapat dikenali melalui gejala tingkah laku yang ditampilkan, missal kan:
Ø  Cemas          :  murung, diam, keringat dingin, lari menjauh
Ø   Senang         : Senyum-senyum, mengeluarkan bunyi-bunyi, bergumam,menyanyi, membelai, mengelus, memeluk, mencium
Ø  Takut            :  Mengkeret, wajahnya mengerut,  berteriak-teriAK
Ø   Marah          :  Gregetan seperti mau melawan,  berteriak ”tidak!”, menyakitidiri sendiri, menangis.
Ø    Kesal           :  Menggigit, menjambak,  membanting barang ke lantai,mengangkat barang dengan satu tangan
Ø    Sedih            :  Murung, tidak mau  makan, melempar-lempar piring.
Ø  Kecewa         : Murung, wajah melas

B.     RUMUSAN MASALAH
    Beberapa anak yang lebih sensitif kadang mengekspresikan perasaannya tersebut dengan marah lalu menangis. Contoh anak yang engekspresikan perasaannya dengan marah disertai dengan tangisan adalah Calista Azyzah Zaen, seperti :
1.      Marah dan Menangis ketika akan masuk kelas
2.      Marah dan Menangis ketika menginginkan sesuatu
3.      Marah dan Menangis ketika di ganggu oleh temannya














BAB II
DASAR TEORI

1.      Pengertian Anak Pemarah

Seorang anak yang pemarah merupakan masalah bagi orang tua, masalah bagi keluarga. Bisa kita bayangkan bagaimana seorang anak selalu marah dan meluapkan emosinya jika permintaannya belum bisa dituruti, bagaimana perasaan bingung, pusing para orang tua ketika menghadapi anak yang seperti itu? Banyak hal yang dilakukan ketika seorang anak tengah marah-marah. Apapun bisa ia lampiaskan dengan cara membanting pintu, melempar sesuatu, menendang meja, mengacaukan segala hal dan berteriak-teriak penuh kemarahan, menangis, dan bahkan mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor.

2.      Penyebab Anak Pemarah

Perasaan emosi dengan marah  bisa timbul akibat banyak sebab, termasuk yang terjadi pada anak-anak kita. Kadang, para orangtua turut merasa jika anak mereka selalu bertindak marah-marah sebagai bentuk luapan emosi anak tersebut. Pada dasarnya terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan anak-anak kita memiliki sifat pemarah yaitu:
  • Rasa kengintahuan dan kemauan yang kuat pada anak untuk melakukan sesuatu
  • Faktor gen
  • Faktor lingkungan dan pergaulan
3.      Faktor anak mudah marah
1. Frustrasi
   Anak sudah mengungkapkan keinginannya, tapi tidak dipenuhi orang tua, maka lazimnya ia akan melampiaskan kekesalan lewat tangisan. Misal, ia menginginkan makanan atau mainan yang dilihatnya di supermarket, tapi tidak dikabulkan, maka sepanjang jalan anak akan menangis terus dan menjadi rewel.
   Atasi sikap ngambek nya dengan bujukan yang tenang dan pelan. Lalu dengan tegas katakan kepadanya, ia tidak dapat memiliki benda-benda tersebut jika masih bersikap seperti itu. Atau katakan kepadanya, Anda tidak mau mendengarkan permintaannya jika ia masih menangis. Jika tangisnya berhenti, peluk ia erat-erat sambil memberikan benda favoritnya. Katakan juga padanya, banyak cara untuk mendapatkan apa yang ia mau tanpa harus bersikap tidak baik seperti itu.
   Sikap rewel di jalan sebetulnya bisa dikurangi jika sebelum mengajaknya pergi anak sudah dalam keadaan kenyang. "Dalam keadaan kenyang, anak biasanya tidak terlalu rewel minta jajan," ungkap Nina.





2. Situasi baru
   Situasi maupun kondisi baru kadang membuat anak-anak tidak betah, karena di situ ia belum dapat meluapkan emosinya untuk bermain. Umpamanya, anak diajak ke pesta bersama orang tua dimana orang-orangnya tidak ia kenal. Belum lagi suasana hiruk-pikuk sering membuat anak tak betah. Namun ia sulit mengungkapkan ketidakbetahannya, jadi yang dilakukan adalah menangis.
   Mengatasinya, buatlah suasana yang asing dan hiruk pikuk itu menjadi akrab baginya. Kenalkan ia dengan rekan atau teman-teman kita. Apalagi jika mereka membawa anak kecil juga. Setelah itu, biarkan anak-anak bermain bersama agar tidak bosan dan merasa senang.

3. Suasana tidak nyaman
    Suasana yang tidak nyaman, seperti hawa panas, udara kotor, ruangan sempit dan suara bising sering membuatnya menjadi cengeng. Salah satunya adalah suasana dalam angkutan umum. Suhu panas disertai suara derungan mobil sering membuat anak tidak betah. Anak lalu mencoba mengungkapkan perasaan tidak nyamannya dengan terus-menerus menangis.
Agar tak terjadi hal demikian, jelaskan dulu gambaran situasi dan kondisi yang akan ia temui. Sebelum mengajaknya naik angkutan umum, misal, beri ia pengertian bahwa di dalamnya hawa mungkin panas dan orang-orangnya tidak dikenal. "Namun, cobalah mengalihkan kondisi tak nyaman itu dengan hal-hal menarik, seperti melakukan komunikasi atau menunjukkan tempat-tempat menyenangkan dan menarik kepada anak sepanjang perjalanan."

4. Sakit
   Karena sakit, anak merasakan kondisi tubuhnya tidak nyaman. Makan tak enak, tidur pun tak nyenyak. Kondisi tubuhnya juga lemas dan lemah. Semua itu tak jarang membuat anak jadi cengeng, termasuk anak yang tadinya tidak cengeng. Belum lagi, sikap orang tua yang lebih protektif kepada anak sakit ternyata bisa menambah sikap cengeng itu.
   Tak ada jalan selain menganggapnya wajar. Lakukan sesuatu yang bisa membuatnya merasa lebih enak. Misal, memutarkan film atau lagu kesukaannya, atau mendongeng kan cerita yang menarik.

5. Kelelahan
   Sama halnya dengan sakit, kelelahan juga bisa membuat anak cengeng. Misalnya, sehabis bermain seharian. Jika orang dewasa bisa langsung mengungkapkan kondisi tubuhnya yang lelah, maka tidak demikian dengan anak. Apalagi orang tua belum tentu langsung tanggap. Akhirnya, anak mengungkapkan kondisinya dengan sikap rewel dan cengeng.
   Kerewelan anak sebetulnya merupakan ungkapan bahwa ia menginginkan istirahat. Ajak anak ke tempat tidur lalu bacakan dongeng untuknya.







6. Butuh perhatian
   Pada saat perhatian orang tua untuknya terpecah, anak akan merasa terbuang. Kondisi ini umumnya muncul saat ia baru saja memiliki adik yang menyita perhatian orang tua. Perasaan terbuang membuat anak rewel yang tak jarang disertai tindakan untuk memancing perhatian orang tua. Salah satunya mengganggu si adik.
   Untuk mengatasinya, bersikaplah adil. Curahkan perhatian kita kepada si kakak, sama besarnya dengan kepada si adik. Tumbuhkan rasa sayang dan memiliki, misalnya dengan menyuruh kakak menjaga adiknya.

7. Kehilangan figur tersayang
   Hal ini akan dialami jika orang tua meninggalkan anak dalam jangka waktu lama. Bagaimanapun, di usia ini anak sangat tergantung pada kehadiran figur yang dekat dengannya. Ketika figur itu pergi, ia merasa sangat kehilangan yang diungkapkannya dalam bentuk kecengengan.
   Untuk mengatasinya, orang yang kebetulan dipercaya sebagai pengasuh harus menunjukkan sikap yang dapat membuatnya nyaman. Alihkan perhatiannya dari ingatan terhadap orang tua dengan aktivitas-aktivitas yang sangat menyenangkan. Umpamanya, mengajak ia bermain bersama teman-teman sebaya.

8. Terlalu banyak larangan
   Terlalu banyak melarang akan membuat anak berang. Di usia ini perkembangan motoriknya sedang pesat. Setiap saat dia akan berlari-lari, menaiki kursi, maupun melompat-lompat. Nah, sikap orang tua yang selalu melarang, seperti "Awas, nanti jatuh," atau, "Jangan dipegang-pegang, nanti pecah", tidak akan membuatnya jadi penurut, justru sebaliknya, anak ingin berontak. "Asal tahu saja, saat itu anak ingin menunjukkan kemampuan yang dimilikinya," ungkap Nina. Jadi, orang tua justru harus memberikan dukungan atas perkembangan anaknya. Misal, saat ia berusaha memanjat kursi, dukunglah dengan cara tidak melarangnya, tapi menjaganya kalau-kalau ia terjatuh.

9. Habis menonton film
   Di usia ini anak belum bisa membedakan dunia khayalan dalam film dengan kenyataan. Anak akan menganggap nyata adegan seram atau kekerasan yang kebetulan ditontonnya. Jangan heran kalau setelah itu ia merasa ada hantu yang terus membayangi dirinya. Ia pun jadi merasa tidak nyaman dan gampang menangis. Perasaan tertekan itu juga berpengaruh terhadap aktivitasnya, seperti selalu minta diantar jika ingin pergi ke kamar mandi.
Menyanggah keberadaan hantu tersebut, tidaklah menyelesaikan masalah, karena ketakutan anak akan hantu sama halnya dengan ketakutan orang dewasa di saat bangun dari mimpi buruk. Lebih baik, berikan pengertian kepadanya dengan penuh kesabaran. Katakan, "Ayo kita cari hantu itu, lalu kita usir bersama-sama, ya."






4.      Cara mengatasi anak yang sedang marah
Sifat anak yang pemarah bisa menjadi masalah bagi ibu dan anak. Karena itu orangtua perlu memaklumi sifat anaknya tersebut. Seperti dikutip dari The baby Book karangan William dan Martha Sears, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meredamkan amarah. Berikut ini bebrapa cara untuk meredamnya.
a.      Mempelajari hal yang menyebabkan anak marah
Ketahui dengan pasti hal apa yang dapat memicu kemarahannya, apakah dia sedang merasa lapar, bosan,  suasana lingkungan yang tidak mendukung, menginginkan sesuatu/benda tetapi tidak terpenuhi,  atau sebab lainnya. Dengan mengetahui penyebabnya, maka orangtua dapat mencegah kemarahan anak.
b.      Memberikan contoh sikap tenang padanya
Anak mempelajari sesuatu dari apa yang dilihat dan dengarnya, karena itu penting untuk mencontohkan sikap tenang didepannya. Jika lingkungan disekitarnya suka marah-marah, maka anak akan menganggap bahwa perilaku ini merupakan hal yang wajar. Secara tidak langsung perilaku “pemarah” akan terbentuk pada pribadi anak tersebut. Oleh karena itu, sangat dianjurkan bagi orangtua jangan suka memarahi anak pada, apalagi pada kesalahan-kesalahn kecil yang diperbuat oleh anak-anak.
c.       Ketahui siapa yang sedang marah
Bila orangtua adalah orang yang mudah emosi, maka akan sangat mudah bagi anak untuk memancing kemarahan dan berakhir dengan lomba saling teriak tanpa ada penyelesaian. Karena itu perlu diketahui siapa yang marah agar kondisi tetap terkendali. Jika anak anda sedang mengambeg, maka sebaiknya anda berkepala dingin, sabar dan menghadapi anak anda dengan lembut. Menasihati anak dengan nada keras tidak akan bermanfaat, malah akan menyakiti hatinya, apalagi pada saat anak/balita anda menangis, nasihat yang anda lontarkan tidak akan didengarnya. Sebaiknya menasihati menunggu waktu yang tepat, saat hati dan pikirannya tenang.
d.      Usahakan untuk tetap tenang meskipun berada di tempat umum
Sebaiknya orangtua tidak menunjukkan kemarahannya pada anak di depan banyak orang, karena anak akan semakin menunjukkan rasa marahnya. Jadi cobalah untuk menggendong dan membawanya ke tempat yang lebih sepi. Membuatnya tenang, ketika si anak tenang, makan akan mudah kata-kata nasihat anda diserap dan dimengerti olehnya.


e.    Memeluk dan merangkulnya erat
Sebagian besar anak yang kehilangan kontrol akan menjadi lebih tenang saat dipeluk. Pelukan ini tidak akan terlalu mengekangnya, namun tetap memberinya keamanan dan kenyamanan yang dibutuhkan saat sedang marah. Rasa nyaman yang timbul akan membuatnya lebih tenang dan melunak hatinya. Diharapkan Orangtua harus lebih memahami dan berperilaku lembut pada saat anak berperilaku keras. Dengan begitu, anak pun akan lebih mudah diatasi.
f.     Menahan diri adalah terapi yang baik
Tunggulah sampai ia tenang sebelum memulai konseling atau mengatasi permasalahannya, karena jika ia masih marah-marah kemungkinan Anda akan terpancing untuk ikut marah. Menasihati anak pada saat dia sedang dalam kondisi tenang, akan lebih diserap dan diterima oleh otaknya, sehingga anak akan menurut/mengerti apa yang disampaikan orangtuanya.  Seperti halnya, saat menyelesaikan suatu masalah, ketika menyelesaikannya dengan kepala dingin, tenang, dan menggunakan pikiran jernih, maka masalah akan dapat lebih mudah terlesaikan dengan solusi yang tepat.






BAB III
PEMBAHASAN

1.      ANALISIS
BIODATA ANAK

1.      Nama anak didik   
a.       Nama lengkap       : Calysta Azyzah Zaen
b.      Nama panggilan     : Calysta
2.      Jenis kelamin                            : perempuan
3.      Tempat tanggal lahir                 : pati, 27 july 2009
4.      Agama                                     : islam
5.      Anak ke-                                 : 1
6.      Jumlah saudara kandung           : -
7.      Sekolah                                   : PAUD cipta prestasi
8.      Alamat sekolah                        : pasundan
9.      Nama orang tua
a.       Ayah                     : Ahmad Zaeni
b.      Ibu                        : puji lestari
10.  Pendidikan orang tua
a.       Ayah                      : S1
b.      Ibu                         : S1
11.  Agama orang tua
a.       Ayah                     : islam
b.      Ibu                         : islam
12.  Pekerjaan orang tua
a.       Ayah                      : swasta
b.      Ibu                         : IRT
13.  Alamat orang tua
a.       Jalan                       : wiratama Rt 002
b.      Kelurahan               : sidodadi
c.       Kecamatan             : samarinda ulu
d.      Kota                       : samarinda
e.       Provinsi                   : kalimantan timur
f.       Telepon                    : 0811 5802 522
g.      Status rumah            : rumah pribadi








2.      SINTESIS
Kesimpulan sementara berdasarkan hasil analisis :
1.      Calysta sering menangis saat masuk kelas
2.      Calysta selalu marah dan menangis ketika bermain bersama teman
3.      Calysta sering menangis ketika di suruh gurunya untuk menggambar, mewarnai, dan olahraga.

3.      DIAGNOSIS
Penyebab utama berdasarkan sintesis :
    Calysta merupakan anak tunggal, ayahnya bekerja dari pagi - sore sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga. Setiap hari calysta selalu bersama dengan ibunya dan pada malam hari ayahnya sesalu berada di rumah untuk menemani calysta bermain atau belajar, kebersamaan calysta dengan orang tuanya yang secara intens membuat ia menjadi canggung berada di lingkungan luar. segala sesuatu yang di inginkan calysta selalu di penuhi dan ketika ia ingin sesuatu tetapi orang tuanya berjanji untuk memberinya nanti maka calysta akan menangis dan ketika menangis orang tua calysta pun akan cepat-cepat memenuhi keinginan calysta saat itu juga.
    Dari penjelasan di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa calysta sering menangis dan marah di karenakan oleh :
A.    Calysta terlalu di manja oleh orang tuanya sehingga ketika di kelas dia merasa kurang di manja atau banhkan kasih sayang guru di sama ratakan dengan anak lain sehingga calysta merasa kurang di perhatikan.
B.     Karena keinginan-keinginan calysta yang selalu di penuhi oleh orang tuanya dan mutlak menjadi miliknya saja maka ketika di kelas dia harus berbagi mainan dengan teman-temannya, calysta merasa canggung, ia belum bisa untuk berbagi dan selalu merasa bahwa apa yang di pegangnya adalah punyanya dan tidak boleh di ambil oleh orang lain.
C.     Calysta masih merasa canggung dengan lingkungan kelas, ia masih belum bisa menerima kehadiran orang-orang baru dalam kehidupannya sehingga ia memberontak dengan cara marah dan menangis.
D.    Ia merasa tidak nyaman dengan ruangan kelas yang tidak terlalu luas dan dipenuhi dengan beberapa anak, calysta merasa tidak betah dengan keributan-keributan yang ada karena ia terbiasa dengan kehidupan yang tenang bersama orang tuanya.

4.      PRAGNOSIS
Penanganan awal terhadap calysta :
A.    Memberi pengertian kepada calysta setiap ia menangis.
B.     Jangan mengedepankan rasa kasihan kepada anak, jadi ketika ia menangis berusaha untuk tenang dan seakan tidak begitu peduli dengan tangisan anak.
C.     Biasakan anak untuk mengerjakan sesuatu secara berkelompok sehingga muncul rasa sosialnya.



5.      TREATMENT
A.    Ketika anak menangis, kita harus tetap tenang, jaga emosi, dan harus segera mencari tahu alasan atau penyebab kenapa sang anak menangis. Apabila ia menangis karena rasa sakit atau sedih, kita boleh menenangkan dia dengan lemah lembut, ditimang atau dibelai. Tapi apabila anak tersebut menangis karena marah, kantuk atau ingin mainan, maka kita harus menenangkan mereka dengan nada suara tegas dan berwibawa.
B.     Daripada harus memukul, mencubit, membentak, yang bisa berdampak buruk, Sebaiknya anak diajak bicara. Tentu saja tak perlu mengajak anak berdiskusi panjang lebar seperti dengan orang dewasa. Karena kapasitas berfikir anak masih minim jadi bicaralah langsung pada inti permasalahan. Seperti “ adek mau bicara pada bunda kenapa menangis, nanti bunda bantu asalkan calysta diam dulu”
C.     Ada baiknya bila orang tua atau guru agak mengabaikan pada saat anak mulai menangis. Misalnya, pura-pura tak melihat sambil membaca buku. Bila tangisnya malah mengeras, tetaplah cuek . Nanti tangisnya akan berhenti. Baru setelah itu orang tua mendekatinya dan tanyakan, "Kamu mau apa, sih?" Dengan cara ini, anak akan belajar bahwa dengan menangis, ia tak memperoleh apa-apa dan kemauannya tidak dituruti.
D.    Apabila tangis mereka tidak mereda, maka kita boleh memberikan sangsi seperti , dilarang bermain, atau dibiarkan sampai lelah sendiri. Hal ini memang kadang sulit dan mengganggu, namun kita harus tabah, sabar dan tega melakukan hal tersebut demi perkembangan psikologis dan pola pikir sang anak. Intensitas nada tegas dan wibawa kitapun harus seiring atau seimbang dengan nada tangis sang anak. Misalnya, apabila tangis sang anak mulai mereda, maka nada suara kita pun harus mulai melembut. Jangan sekali-kali berlebihan, karena hal tersebut akan membuat wibawa kita malah berkurang. Jangan pernah mengeluarkan kata-kata kasar atau negatif. Apabila hal ini dilakukan sejak dini, maka lebih singkat waktu yang digunakan untuk membentuk pola pikir atau sifat anak yang tidak cengeng. Ketimbang kita baru menerapkan hal ini misalnya ketika sang anak sudah berumur 3 tahun lebih.
















BAB IV
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
   Kesulitan mengungkap keinginan dengan kata-kata membuat seorang anak jadi sering marah,  menangis dan rewel. Menurut psikolog, Anna Surti Ariani , PSI dari Jagadnita Consulting, agar cengengnya tak jadi berkepanjangan, orang tua atau guru harus tanggap dan cepat berbuat sesuatu. Misalnya, pergi dari lokasi yang membuat anak merajuk, dan memindahkan perhatiannya ke hal lain.
   Ia juga menekankan agar orang tua atau guru  jangan ikut-ikutan jengkel dan memarahi si anak. "Hal ini hanya akan menambah kejengkelannya sehingga makin menjadi-jadi cengengnya. Apalagi jika sudah disertai sikap kasar, seperti merusak atau melemparkan barang; orang tua harus memberikan pengarahan agar anak tidak meneruskan dan mengulangi perbuatannya."
Agar kita bisa menghadapi kecengengan anak dengan tepat, kenali dulu faktor pemicunya.


B.     SARAN
   Orang tua atau guru boleh dan wajib menyayangi anaknya tetapi ingat jangan sampai berlebihan ataupun kurang, anak akan sedikit terganggu emosionalnya ketika kurang perhatian atapun mendapat perhatian lebih. Jika anak melakukan sebuah kebaikan berikanlah reward seperti kata selamat, memujinya, ataupun memberikan barang tapi jangan keseringan, dan jika anak melakukan kesalahan maka lebih baik untuk di tegur bahkan jika ksalahan itu sudah parah maka berilah sanksi sesuai usia anak.

















DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth B. (2002). Psikologi Perkembangan;Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Sunarto & Agung, Hartono. (2002). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT. Rineka Cipta
















2 komentar:

  1. Makalah yang sangat bermanfaat...... Like!!!

    Menurut penelitian terbaru yang dilakukan oleh para ahli dan dipublikasikan secara umum didalam jurnal Development And Psychopathology di Amerika Serikat yaitu: Anak terlihat lebih cepat kesal, cepat mengamuk, cepat marah dan suka berulah itu akibat dari kecenderungan ayah dan ibunya yang suka marah dan mendidiknya yang kurang tepat. Dibuktikan oleh para peneliti di Amerika Serikat yang mencermati anak adopsi usia 9, 18 dan 27 bulan serta orang tua angkatnya. Sebanyak 361 keluarga di 10 negara bagianlah yang menjadi responden dan tercatat bahwa kecenderungan pola mengasuh yang terlalu keras dan dengan reaksi yang kasar akan membuat anak lebih cepat marah dan kesal.

    Selain cara merawat, rasa ingin tahu anak terhadap segala sesuatu yang tidak dijawab oleh orang tuanya juga akan mengakibatkan anak mudah marah dan mengamuk, dan juga setiap kemauan dari sang anak yang tidak dituruti juga akan memudahkan anak Anda mudah mengamuk.

    Simak juga Terapi Untuk Anak Yang Rewel & Pemarah

    BalasHapus
  2. Terima kasih atas infonya,Sebenarnya apa jadinya anak kita adalah pola pendidikan yang kita berikan saat kecil, semua itu merupakan cerminan dari perhatian dan pola ajar yang diberikan kedua orang tuanya… mungkin kita sebagai orang tua harus introspeksi dulu apakah ada kekurangan dalam pola pengajaran kita terhadap anak,. by: www.motroad.com

    BalasHapus