Minggu, 15 Desember 2013

Makalah Karakteristik dan Penanganan Anak Pemarah


LAPORAN
HASIL OBSERVASI ANAK DI PAUD
MATA KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING DI PAUD
2013/2014










DI SUSUN OLEH:
NAMA: SITI AISYAH
NIM: 1205125108

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA

2013


BAB I
A.    Latar belakang
Anak sebagai generasi unggul pada dasarnya tidak akan tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Mereka sungguh memerlukan lingkungan subur yang khusus diciptakan untuk itu. Lingkungan yang kondusif tersebut akan memungkinkan anak untuk berkembang secara optimal. Dalam hal ini perana orang tua amatlah penting.
Sebagai bagian dari kecerdasan emosi juga penting untuk di kembangkan pada anak sejak dini. Para ahli sering mengatakan bahwa banyak generasi sekarang yang cenderung mulai mengalami gangguan emosional, seperti mudah marah, mudah cemas,mudah merasa kesepian, pemurung mudah frustasi mudah bertindak agresif ,kurang menghargai sopan santun dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena kecerdasan emosi sering di lupakan upaya pengembangan pada anak-anak.
Permasalahan yang dihadapi anak dapat dilihat melalui tingkah laku anak pada saat mengikuti proses pembelajaran di kelas atau pada saat bermain anak. Berbagai factor yang menyebabkan permasalahan perkembangan anak tidak hanya menghambat perkembangan emosi dan sosialnya, akan tetapi juga menghambat perkembangan fisik,intelektual,kognitif,dan bahasanya. Oleh karena itu dalam menangani permasalahan anak tidak bisa hanya menyelesaikan satu aspek perkembanganya saja. Akan tetapi setiappermasalahan anak harus di analisis latar belakangnya atau penyebab dan di tangani secara menyeluruh yang mempertimbangkan aspek biologis,social emosionalnya, dan aspek kognitifnya.
B.     Rumusan masalah
ü  Frekuensi perilaku menyimpangyang tampak, maksudnya seberapa banyak perilaku yang menimbulkan masalah, misalnya anak selalu marah jika keinginanya tidak terpenuhui atau slalu ingin di perhatikan dengan membuat ulah yang akan membuat temanya menangis
ü  Intensitas perilaku maksudnya tingkat kedalaman perilaku anak yang bermasalah. Misalnya rentang perhatian anak untuk berkonsentrasi sangat pendek, anak mudah beralih perhatiannya baik dalam belajar maupun
bermain.


Bab II
Dasar teori
            Erik Erikson dilahirkan di Frankfurt, Jerman pada tahun 1902. Ia besar di Kalshure. Awalnya ia ingin menjadi artis dan belajar mengenai seni,ia diminta untuk mengajar seni pada sekelompok anak Amerika Serikat yang datang ke Wina untuk mengikuti pelatihan Freudian.pertemuan dengan aliran Freudian yang tanpa sengaja inilah yang akhirnya membawa Erikson dalam tahap kehidupan yang amat berbeda dari sebelumnya, yaitu menjadi seorang psikoanalis. Erikson mendapat pelatihan dari Anna Freud,Heinz Hartmann,Ernest Kris,Helen Deustsch,dan bahkansigmund freud sendiri. Pada tahun 1933 karena ada ancaman dari para fasis, erikson pindah ke Amerika serikat. Ia menjadi analis anak pertama di boston dan mendapat posisi di Harvard Medical school. Kemudian, ia juga mendapatkan posisi di beberapa universitas terkemuka, antara lain Yale, Berkeley, dan Menninger Foundation. Luasnya kiprah Erikson, dari dunia praktik klinis sampai ceramah-ceramah ilmiah, amat membuka wawasannya. Ia mempelajari krisis yang terjadi pada tentara Amerika serikat yang dikirim ke perang dunia II, meneliti banyak anak moral dan bermasalah, remaja normal dan bermasalah remaja normal dan bermasalah sampai tingkah laku social di india. Ia juga banyak menerbitkan buku-buku dan tulisan. Beberapa yang amat terkenal adalah Childhood and society (1950) dan identity youth and  Cresis (1968). Karya-karyanya inilah yang membuatnya pergeseran besar dalam psikoanalisis menuju pendekatan social.
Menurut Erikson, perkembangan psikososial individu tidak terlepas dari budaya.
1.      Walaupun tiap anak melewati tahap perkembangan psikososial yang sama tiap budaya mempunyai cara tersendiri untuk mengarahkan dan menguatkan tingkah laku anak pada tiap tahapannya. Misalnya suku tertentu yang sudah mengajarkan anak laki-laki berburu pada usia muda.
2.      Budaya bisa berubah seiring dengan waktu dan adanya kemajuan tegnologi,pendidikan,urbanisasi,dan perkembangan lainyang membuat budaya harus berubah dan beradaptasi sesuai dengan lin gkungan masyarakat dan kebutuhannya.
Menurut psikologi, terdapat beberapa rumusan marah, diantaranya : marah yaitu perubahan dalam diri atau emosi yang dibawa oleh kekuatan dan rasa dendam demi menghilangkan gemuruh di dalam dada, hingga mereka berkata dalam definisinya kemarahan yang teamat sangat. Ada beberapa pengertian marah yang diutarakan pakar misalnya :
Menurut Muhammad Utsman Najati, marah adalah emosi alamiah yang akan timbul manakala pemuasan salah satu motif dasar mengalami kendala. Apabila ada kendala yang menghalangi manusia atau hewan untuk meraih tujuan tertentu dalam upaya memuaskan salah satu motif dasarnya maka ia akan marah dan berontak dan melawan kendala tersebut. Ia juga akan berjuang untuk mengatasi dan menyingkirkan kendala tersebut hingga ia bisa mencaoai tujuan dan pemuasan motifnya.
Menurut C.P.Chaplin Anger (marah,murka,berang) adalah reaksi emosional akut ditimbulkan oleh sejumlah situasi yang merangsang termasuk ancaman agresi lahiriah, pengekangan diri, serangan lisan, kekecewaan atau frustasi dan dicirikan oleh reaksi kuat pada system syaraf otonomik khususnya oleh reaksi darurat pada bagian simpatetik.
Dari beberapa pengertian marah tersebut dapat di simpulkan bahwa marah adalah gejolak emosi yang di ungkapkan dengan perbuatan atau ekspresi untuk memperoleh kepuasan. Marah merupakan reaksi terhadap sesuatu hambatan yang menyebabkan gagalnya suatu usaha atau perbuatan. Sesungguhnya amarah adalah sifat bahkan bisa dikatakan sebagai perasaan yang penting bagi manusia karena ia dapat membangkitkan gelora perjuangan juga semangat pengorbanan dalam membela kebenaranmenegakan keadilan dan meraih kemenangan. Pentingnya sifat ini misalnya dalam semangat perjuangan membela aqidah dan keimanan memelihara jiwa raga harta dan kehormatan. Oleh karenanya barang siapa yang kehilangan sifat ini maka ia akan menjadi bahan hinaan ejekan bahkan pelecehan diantara sesamanya.


BAB III
PEMBAHASAN
1.      Analisi
Nama               : Azmi Fath El-Ghifari
TTL                 : Samarinda, 13 April 2008
Sekolah           : RA.IBADURRAHMAN
Nama Ayah     : Ahmad Muhaimin
Nama Ibu        : Miftahul Jannah
Alamat            : Jln.KH.Tsani Karim LIII Blok C kec.Tenggarong Seberang kab.  Kutaikertanegara.
Pekerjaan ayah : Karyawan Perusahaan
Pekerjaan Ibu   : Pegawai Bank
Anak Ke            : 2 dari 3 Saudara

2.      Sintesis
Azmi selalu mengeluarkan emosinya jika ia tidak mendapatkan apa yang ia  inginkan. Ia pun tidak segan-segan untuk menyakiti teman atau pun guru bahkan orang tua dan saudaranya sendiri pun dapat ia sakiti bila keinginanya tersebut belum terpenuhi. Luapan amarahnya itu slalu timbul jika ia merasakan terancam dan merasa tidak di perhatikan,ia pun tidak akan menyelesaikan tugas sekolahnya dengan baik di sekolah karena dia tidak dapat focus dengan satu hal. Setelah kami mengamati perilaku anak ini kami pun bertanya kepada ibu gurunya. Anak ini akan berhenti dari amukannya jika ia telah di beri uang. Selalu dengan ada imbalan bila ia berhenti dalam amukanya tersebut.
3.      Diagnosis
Jika kita lihat dari contoh diatas kita dapat menemukan penyebab utama yaitu :
ü  Anak butuh perhatian, anak dihadapkan pada kenyataan bahwa kedua orang tuanya bekerja. Selam orang tua bekerja ia diasuh oleh pengasuhnya. Setiap hari anak hanya dpat bertemu dengan orang tuanya pada pagi dan sore hari. Mereka baru berkumpul bersama pada saat akhir pecan, sementara anak membutuhkan perhatian yang lebih dari itu.
ü  Anak ini dapat saja cemburu pada saudaranya karena ia tidak ingin perhatian dan kasih sayang orang tuanya habis terbagi dengan saudara-saudaranya yang lain.
ü  Tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan.

4.      Prognosis
ü  Langkah awal yang harus orang tua lakukan dalam menghadapi anak yang butuh perhatian yaitu
ü  Bersikap tenang ,jangan terburu-buru atau panic dengan berusaha memenuhi keinginan anak ketika ia sedang marah Karena keinginannya tidak di penuhi. Namun menuruti keinginan anak setiap kali ia marah akan memberikan dampak buruk karena anak belajar dari pengalaman. Kemungkinan besar,ia akan mengulangi perilaku yang sama untuk mendapatkan perhatian.
ü  Gunakan kalimat positif, hindari menggunakan kata “ tidak” atau “jangan” kepada anak yang akan menyebabkan dia menjadi reaktif. Selain itu kita juga harus mengatur nada suara pada saat berbicara pada anak.jangan berteriak gunakan suara tenang tetapi jelas ( tidak bernada marah)
ü  Ajarka anak untuk belajar bersabar,anak perlu diberikan pengertian bahwa untuk mendapatkan sesuatu perlu waktu dan usaha. Berilah semangat padanya untuk bersikap sabar dalam menghadapi persoalan apapun dan beri pujian bila ia mampu lebih bersabar.
ü  Berikan time out pada anak dan anda sendiri
ü  Jika merasa kesal dan takut kehilangan control, berikan time out pada anda dan anak untuk menenangkan diri.time out di lakukan dengan membiarkan anak di suatu ruangan yang tenang. Gunskan kalimat positf, misalnya “tenangkan dirimu dulu sampao kamu merasa lebih baik”. Jangan mengatakan “ masuk kamar sekarang dan jangan keluar sampai kamu memperbaiki tingkah lakumu”. Time out sangat berguna bagi anak yang berusia 3-5 tahun karena anak mulai dapat diajak bekerja sama untuk mengungkapkan perasaan marahnya.
ü  Doronglah anak untuk mengungkapkan penyebab kemarahannya. Berikan pertanyaan yang dapat memancing nya untuk mengungkapkan perasaannya.
ü  Dorong anak untuk selalu menceritakan pengalaman-pengalaman barunya baik di sekolah maupun dengan teman-teman barunya.
5.      Tretment

Selalu mengawasi perkembangan anak dan selalu memberikan masukan-masukan bahwa hal yang sedang ia lakukan itu adalah perbuatan yang tidak semestinya di lakukan karna perbuatan itu tidak baik untuk dilakukan dan bukan contoh yang baik untuk teman-teman di kelas mereka atau di teman di lingkungan rumahnya.
Menggunakan saat-saat emosional sebagai saat untuk mendengarkan anak berempati dengan kata-kata menyejukan, menolong anak member nama emosi yang sedang mereka rasakan, menentukan batas-batas dan mengajarkan ungkapan-ungkapan yang dapat diterima dan mengajarkan anak  untuk terampil dalam menyelesaikan masalah.

BAB IV
KESIMPULAN
Anak usia taman kanak-kanak sudah mulai banyak bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya. Oleh karena itu permasalahan yang di hadapi oleh anak usia dini /taman kanak-kanak sebaiknya ditangani seawall mungkin agar tidak mengganggu perkembangan anak pada tahap selanjutnya. Proses bimbingan atau arahan pada anak usia dini mengalami masalah bisa menjadi pengalaman yang berharga bagi anak untuk mnejalani kehidupan selanjutnya. Permasalahan anak usia dini yang di sebabkan factor internal dan eksternal membutuhkan kerjasama semua pihak dalam menyelesaikannya. Permasalahan anak tidak hanya penjadi tanggung jawab seorang guru disekolah saja tetapi juga harus ada kerja sama dengan orang tua dan masyarakat. Dengan adanya penanganan sedini mungkin diharapkan permasalahan anak tersebut tidak akan menghambat perkembangan pada tahapan kehidupan lebih lanjut.


SARAN
Saya sadari bahwa observasi ini jauh dari kata-kata sempurna dan saya mengakui masih banyak kekurangan-kekurangan di dalamnya, tetapi semoga ini dapat bermanfaat dalam kehidupan kita. Amin

Daftar Pustaka
1.      Dra. Rosmala Dewi, M.P.d Berbagai masalah anak taman kanak-kanak. Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Dikti. Jakarta 2005
2.      Dr. Martini Jamaris, M.Sc Ed. Perkembangan dan pengembangan anak usia taman kanak-kanak Program PAUD PPS UNJ. Jakarta 2005
3.      Mulyadi, Dr. Seto, Hasil Wawancara, Juli 2004
4.      Wyckoff, Ph. D.Jerry & Barbara C. Unell, Discipline without Shouting and Spanking, Meadow Brook Press,2000




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar