Minggu, 15 Desember 2013

Makalah Anak ADHD

MAKALAH
BIMBINGAN DAN KONSELING DI PAUD
TAHUN PEMBELAJARAN 2013








 Di susun oleh

                    Auliani Istiqamah
                    NIM    : 1205125076




Dosen Pembimbing
Rahman, S.Pd.,M.Pd





FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013






KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulilah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmt serta hidayah-Nya , karena atas izin-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dengan di buatnya makalah ini saya berharap setiap pembaca dapat mengambil ilmu tambahan dari yang saya peroleh pula.
Meskipun demikian kami sebagai penyususun pun juga menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu saya selaku penyusun mengharapkan saran-saran dari setiap pembaca agar saya dapat membuat makalah yang lebih baik.



                   Samarinda, 11 Desember 2013

                     Penyusun


 








BAB I
A.    LATAR BELAKANG
 Perilaku siswa-siswi usia sekolah saat ini beragam, salah satu perilakunya adalah anak-anak yang sangat sulit di atur, tidak bisa diam dan seolah-olah tidak memperhatikan pelajaran di kelas. Anak-anak tersebut biasanya mengalami gangguan dalam perkembangannya yaitu gangguan hiperkinetik yang secara luas di masyarakat disebut sebagai anak hiperaktif.
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaraan guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya. Selain itu juga, prestasi belajar anak hiperaktif juga tidak bisa maksimal. Untuk itulah dibutuhkan suatu pendekatan untuk membantu anak-anak yang hiperaktif tersebut supaya mereka dapat memaksimalkan potnsi diri dan meningkatkan prestasinya.
Ditinjau secara psikologis, hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal yang disebabkan disfungsi neurologia dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian. Begitu pula anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian.
Gangguan ini disebabkan kerusakan kecil pada system saraf pusat dan otak sehingga rentang konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan. Penyebab lainnya dikarenakan temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, serta epilepsi. Atau bisa juga karena gangguan di kepala seperti geger otak, trauma kepala karena persalinan sulit atau pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan.
Pendekatan ini yaitu dengan adanya bimbingan konseling berupa layanan / treatment yang sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga dengan demikian, diharapkan setiap anak akan memperoleh haknya untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik tanpa terkecuali, karena pengajaran yang diberikan telah disesuaikan dengan kemampuan dan kesulitan yang dimilikinya.



B.     RUMUSAN MASALAH
  1.  Apa pengertian Anak Hiperaktif  ?
  2. Apa saja ciri-ciri Anak Hiperaktif ?
  3. Apa faktor-faktor penyebab hiperaktif pada anak ?
  4. Apa saja problem-problem yang biasa dialami oleh anak hiperaktif ?
  5. Bagaimana penanganan untuk Anak Hiperaktif ?







BAB II
A.    DASAR TEORI

a.         Pengertian Anak Hiperaktif
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome.
Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa.
Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.
Sani Budiantini Hermawan, Psi., “Ditinjau secara psikologis hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal, disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian.
Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi ADHD ke dalam 3 jenis berikut ini:
1.      Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada “di awang-awang”.
2.      Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.

3.      Tipe gabungan
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak anak termasuk tipe seperti ini. Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.

B.     Ciri-Ciri Anak Hiperaktif
Ciri utama anak yang menderita ADHD, yaitu:
1. Tidak ada perhatian
             Ketidakmampuan memusatkan perhatian atau ketidak mampuan untuk berkonsentrasi pada beberapa hal seperti membaca, menyimak pelajaran. Dan sering tidak mendengarkan perkataan orang lain.
2. Hiperaktif
            Mempunyai terlalu banyak energi. Misalnya berbicara terus menerus, tidak mampu duduk diam, selalu bergerak, dan sulit tidur.
3. Impulsif
             Sulit untuk menunggu giliran dalam permainan, sulit mengatur pekerjaannya, bertindak tanpa dipikir, misalnya mengejar bola yang lari ke jalan raya, menabrak pot bunga pada waktu berlari di ruangan, atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu akibatnya.
4.     Menentang
Anak dengan gangguan hiperaktivitas umumnya memiliki sikap penentang/pembangkang atau tidak mau dinasehati. Misalnya, penderita akan marah jika dilarang berlari ke sana kemari, coret-coret atau naik-turun tak berhenti. Penolakannya juga bisa ditunjukkan dengan sikap cuek.

5.       Destruktif
Perilakunya bersifat destruktif atau merusak. Ketika menyusun lego misalnya, anak aktif akan menyelesaikannya dengan baik sampai lego tersusun rapi. Sebaliknya anak hiperaktif bukan menyelesaikannya malah menghancurkan mainan lego yang sudah tersusun rapi. Terhadap barang-barang yang ada di rumah, seperti vas atau pajangan lain, kecenderungan anak untuk menghancurkannya juga sangat besar. Oleh karena itu, anak hiperaktif sebaiknya dijauhkan dari barang-barang yang mudah dipegang dan mudah rusak.
6.      Tanpa tujuan
Semua aktivitas dilakukan tanpa tujuan jelas. Kalau anak aktif, ketika naik ke atas kursi punya tujuan, misalnya ingin mengambil mainan atau bermain peran sebagai Superman. Anak hiperaktif melakukannya tanpa tujuan. Dia hanya naik dan turun kursi saja.
7.      Tidak sabar dan usil
Yang bersangkutan juga tidak memiliki sifat sabar. Ketika bermain dia tidak mau menunggu giliran. “Ketika dia ingin memainkan mobil-mobilan yang sedang dimainkan oleh temannya, dia langsung merebut tanpa ba-bi-bu,” komentar Sani. Tak hanya itu, anak hiperaktif pun  seringkali mengusili temannya tanpa alasan yang jelas. Misalnya, tiba-tiba memukul, mendorong, menimpuk, dan sebagainya meskipun tidak ada pemicu yang harus membuat anak melakukan hal seperti itu.
8.      Intelektualitas rendah
Seringkali intelektualitas anak dengan gangguan hiperaktivitas berada di bawah rata-rata anak normal. Mungkin karena secara psikologis mentalnya sudah terganggu sehingga ia tidak bisa menunjukkan kemampuan kreatifnya.
Ciri-ciri khusus anak yang hiperaktif diantaranya ialah sebagai berikut :
·         Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
·         Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
·         Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya.
·         Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
·         Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis.
·         Sering terlalu banyak bicara.
·         Sering sulit menunggu giliran.
·         Sering memotong atau menyela pembicaraan.
·         Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan bicaranya).
Faktor-Faktor Penyebab Hiperaktif pada Anak
Beberapa hal yang dapat menyebabkan perilaku hiperaktif ialah :
        Kondisi saat hamil & persalinan. Misalnya keracunan pada akhir kehamilan (ditandai dengan tingginya tekanan darah, pembengkakan kaki & ekskresi protein melalui urin), cedera pada otak akibat komplikasi persalinan.
        Cedera otak sesudah lahir,yang disebabkan oleh benturan kuat pada kepala anak.
        Tingkat keracunan timbal yang parah dapat mengakibatkan kerusakan otak. Hal ini ditandai dengan kesulitan konsentrasi, belajar dan perilaku hiperaktif. Polusi timbal berasal dari industri peleburan baterai, mobil bekas, asap kendaraan atau cat rumah yang tua. Obat untuk mengeluarkan timbal dari dalam tubuh hanya diberikan dibawah pengawasan dokter bagi anak kadar timbalnya sudah sangat tinggi, karena obat tersebut mempunyai efek samping.
        Lemah pendengaran, yang disebabkan infeksi telinga sehingga anak tidak dapat mereproduksi bunyi yang didengarnya. Akibatnya, tingkah laku menjadi tidak terkendali & perkembangan bahasanya yang lamban. Segeralah hubungi dokter THT jika anak menunjukkan ciri berikut : perkembangan bahasa yang lambat, lebih banyak memperhatikan mimik lawan bicara & lebih banyak berreaksi terhadap perubahan mimik & isyarat.
        Faktor psikis, yang lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan anak dengan dunia luar. Meskipun jarang, hubungan dengan anggota keluarga dapat pula menjadi penyebab hiperaktivitas. Contoh kasus, orang tua yang bersikap sangat tegas menyuruh anak berdiri 15 menit di pojok ruangan untuk mengatasi ketidakdisiplinannya. Tapi setelah 15 menit berlalu, maka anak malah mempunyai energi berlebih yang siap meledak dengan akibat lebih negatif dibanding kesalahan sebelumnya.

C.    Problem-Problem yang biasa dialami oleh Anak Hiperaktif
1.       di sekolah
Anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik. Konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kecenderungan berbicara yang tinggi akan mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru akan menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran. Banyak dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan matematika. Khusus untuk menulis, anak hiperaktif memiliki ketrampilan motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak biasa

2.      Problem di rumah
Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan faktor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan, ia gampang emosional. Selain itu anak hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi. Hambatan-hambatan tersbut membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Anak dipandang nakal dan tidak jarang mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-temannya. Karena sering dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan anak secara kurang hangat. Orang tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman. Reaksi anakpun menolak dan berontak. Akibatnya terjadi ketegangan antara orang tua dengan anak. Baik anak maupun orang tua menjadi stress, dan situasi rumahpun menjadi kurang nyaman. Akibatnya anak menjadi lebih mudah frustrasi. Kegagalan bersosialisasi di mana-mana menumbuhkan konsep diri yang negatif. Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak.




3.      Problem berbicara
Anak hiperaktif biasanya suka berbicara. Dia banyak berbicara, namun sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan pemusatan perhatian membuat dia sulit melakukan komunikasi yang timbal balik. Anak hiperaktif cenderung sibuk dengan diri sendiri dan kurang mampu merespon lawan bicara secara tepat.

4.      Problem fisik
Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak lain. Beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik anak juga beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir, dan sebagainya.

D.     Penanganan untuk Anak Hiperaktif
Melihat penyebab hiperaktif yang belum pasti terungkap dan adanya beberapa teori penyebabnya, maka tentunya terdapat banyak terapi atau cara dalam penanganannya sesuai dengan landasan teori penyebabnya.


Beberapa terapi untuk anak hiperaktif :
1) Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai, telah dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.



2) Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang.
Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.
3) Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.
4) Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
5) Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi. Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara-caranya.
6) Terapi Bermain
Terapi bermain sangat penting untuk mengembangkan ketrampilan, kemampuan gerak, minat dan terbiasa dalam suasana kompetitif dan kooperatif dalam melakukan kegiatan kelompok. Bermain juga dapat dipakai untuk sarana persiapan untuk beraktifitas dan bekerja saat usia dewasa. Terapi bermain digunakan sebagai sarana pengobatan atau terapitik dimana sarana tersebut dipakai untuk mencapai aktifitas baru dan ketrampilan sesuai dengan kebutuhan terapi.
7) Terapi Perilaku
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya,
8) Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.
9) Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan PECS (Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.
10) Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik.
Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).
Selain itu beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka yang tergolong hiperaktif :
·         Orang tua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas
·         Kenali kelebihan dan bakat anak
·         Membantu anak dalam bersosialisasi
·         Menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif (misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak
·         Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya
·             Menerima keterbatasan anak
·             Membangkitkan rasa percaya diri anak
·             Dan bekerja sama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya
·             Disamping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan bimbingan orang tua.
 Contohnya dengan memberikan contoh yang baik kepada anak, dan bila suatu saat anak melanggarnya, orang tua mengingatkan anak tentang contoh yang pernah diberikan orang tua sebelumnya.












BAB III
PEMBAHASAN
a.        Analisis
Yang saya amati adalah si kecil Muhammad Maulana Arsyad kelas B2 yang sudah berumur 5 tahuan lebih, anak ini termasuk anak yang banyak bergerak, tak bisa diam dari sikapnya maupun suaranya. Anak ini cenderung melakukan kegiatan yang lebih dari teman-temannya dan bahkan dalam kegaiatan apapun selalu memainkan tangannya dengan menggerak-gerakkan jari menyentuh temannya dan mulai mengganggu temannya yang lain.
b.       Sintesis
Kesimpulan sementara anak ini termasuk anak yang hiperaktif karena dalam setiap kegiatan yang dilakukan selalu disertai dengan sikap yang lebih dari temannya yang lain mulai dari menggerakkan kaki, tangan, badan, kepala dan mulutnya.
c.        Diagnosis
Dari yang saya amati, anak tersebut kurang perhatian dari orang tuanya yang sibuk dengan pekerjaannya, karena setiap diperhatikan kegiatan dalam kelas ternyata anak tersebut dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, dan penyebabnya adalah karena kurangnya perhatian dari orang tua dengan kegaitan anak.
d.       Proknosis
Langkah awalnya dengan cara memberikan perhatian lebih terhadap anak tersebut didalam kelas dalam proses belajar dan dalam kegiatan diluar kelas
e.        Tritmen
Berikut ini adalah beberapa tips yang perlu diketahui bagi semua orang tua atau guru dalam menangani anak hiperaktif:

1.      Ajarkan disiplin pada anak hiperaktif
Disiplin akan membuat anak bisa mengatur dirinya dengan baik. Melatih anak untuk disiplin bukanlah disiplin yang terlalu keras dan terlalu mengatur tapi di sini anak dilatih untuk mengatur dan membentuk lingkungan anak, yaitu dengan memberikan kebiasaan-kebiasaan rutin melalui latihan yang ditanamkan orang tua secara tekun di rumah. Sebagai contoh, mengatur waktu untuk bangun tidur, saat makan, saat membuat PR, menonton televisi, dan sebagainya. Disiplin digunakan kepada anak guna membangun kebiasaan hidup yang lebih tertib dan teratur.
2.      Jangan menghukum anak hiperaktif berlebihan
Perilaku menghukum anak bukanlah kebiasaan baik untuk orang tua dalam mendidik anak, karena dengan sikap yang cenderung untuk menghukum anak secara berlebihan, baik itu secara verbal maupun non-verbal akan mempengaruhi faktor psikologi anak. Contohnya, apabila anak mengotori kamarnya maka hukumlah dia dengan disuruh untuk menghapalkan sebuah cerita, yang jika anak tidak mau atau tidak bisa dia tidak boleh menonton acara kesayangannya selama seminggu.
3.      Jangan menganggap anak hiperaktif sebagai anak nakal, malas, atau bodoh
Pemberian label kepada anak sebagai anak nakal, malas atau bodoh juga bukanlah sikap yang baik dalam mendidik anak. Bila hal tersebut berlarut-larut dilakukan maka permasalahan yang dihadapi oleh anak akan sangat kompleks. Karena akhirnya anak akan bersikap seperti yang dilabelkan kepadanya.
4.      Memberi kasih sayang yang cukup.
Hal yang paling penting diperhatikan oleh orang tua yang mengalami permasalahan anak hiperaktif yaitu orang tua harus lebih memperhatikan dan memberikan kasih sayang tapi bukan berarti memanjakannya, orang tua harus memahami dan mengetahui semua kebutuhan anak.







BAB IV
A.    KESIMPULAN
1.      Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD).
2.      Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi ADHD ke dalam 3 jenis berikut ini:
a.       Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian
b.      Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive
c.       Tipe gabungan
3.       Ciri-Ciri Anak Hiperaktif
Ciri utama anak yang menderita ADHD, yaitu:
o   Tidak ada perhatian
o   Hiperaktif
o   Impulsif
o   Menentang
o   Destruktif
o   Tanpa tujuan
o   Tidak sabar dan usil
o   Intelektualitas rendah
4.      Faktor-Faktor Penyebab Hiperaktif pada Anak
o   Kondisi saat hamil & persalinan
o   Cedera otak sesudah lahir
o   Keracunan timbal yang parah
o   Lemah pendengaran
o   Faktor psikis
5.      Problem-Problem yang biasa dialami oleh Anak Hiperaktif
o   Problem di sekolah
o   Problem di rumah
o   Problem berbicara
o   Problem fisik
6.      Penanganan untuk Anak Hiperaktif
o   Applied Behavioral Analysis (ABA)
o   Terapi Wicara
o   Terapi okupasi
o   Terapi Fisik
o   Terapi Sosial
o   Terapi Bermain
o   Terapi Perilaku
o   Terapi Perkembangan
o   Terapi Visual
o   Terapi Biomedik

B.     SARAN

Saran untuk guru agar lebih bisa memahami karakter anak.